Prabowo, Ganjar, Anies : Mana yang terkuat?


GELORAKAN.COM,-- Deklarasi Anies sebagai capres oleh Nasdem memang agak terburu-buru. Mengingat pendaftaran capres baru akan dibuka Oktober tahun depan.

Anies capres juga akan mengalami banyak perubahan, termasuk siapa yang akan mendampingi dia sebagai cawapres. Ini masih alot dan tidak mudah.

Jika saja Anies dipasangkan dengan AHY, pasangan ini memiliki kelemahan fundamental, mengingat AHY tidak akan saling melengkapi Anies terutama dalam hal demografi pemilih.

Selain AHY, ada nama Khofifah dan panglima TNI Andika Perkasa. Ini juga masih sulit, mengingat tarik menarik politik sangat kuat.

Sedangkan PKS yang merupakan salah satu partai yang kemungkinan akan bergabung dengan Nasdem mengusung Anies saat ini sedang menawarkan kader mereka sebagai pasangan Anies, yaitu Ahmad Heryawan dan Hidayat Nur Wahid. Nama nama ini juga nama receh yang gak punya daya jual sama sekali.

Jadi, dinamika pencapresan Anies ini masih sangat berpeluang berubah dan sangat dinamis. Nasdem sendiri akan menjadi lokomotif utama Anies yang tidak mudah memberikan tiket cawapres kepada PKS.

Di samping itu, kalangan kanan yang selama ini dinilai dekat dengan Anies, baik itu unsur 212 dan semua residu nya. Juga sudah menyatakan sikap untuk tidak mendukung Anies sebagai capres usungan Nasdem.

Jikapun unsur unsur 212 mendukung Anies, hal ini juga tidak akan mendongkrak Anies sama sekali. Mengingat kekuatan 212 saat ini sudah rapuh, tidak solid, dan sudah sangat lemah.

Jalan Anies menjadi capres masih panjang dan masih sangat berliku. Apalagi Anies diusung Nasdem yang secara politik mudah berubah dan terkenal tidak bisa dipegang kata katanya.

Politik itu, kebanyakan yang terjadi di belakang meja, sayangnya rakyat kita masih suka terbius dengan atraksi di depan layar kaca. 

Partai partai menengah seperti PKB, PAN, PPP juga menyatakan diri untuk wait and see dalam hal pencapresan Anies. Ada kemungkinan partai partai ini sulit mendukung Anies.

PKB terutama yang menjadi partai pemenang pemilu di Jawa timur. Sudah menyatakan sikap untuk tidak bergabung ke poros Anies. Sedangkan kita tau, bahwa basis Jawa adalah salah satu basis rebutan setiap pemilu.

Hal hal diatas akan sangat mempengaruhi pencapresan Anies kedepannya. Akan banyak hal yang bisa berubah dan tidak bisa ditebak.

Sedangkan partai partai besar seperti Golkar, PDIP, dan Gerindra. Sampai saat ini masih memilih diam dan tidak banyak bicara. Mereka lebih banyak menyusun strategi dan menyusun platform.

PDIP, Golkar, dan PDIP adalah kekuatan yang sama sekali tidak bisa dianggap remeh. Apalagi mereka saat ini adalah penguasa yang menguasai semua perangkat negara terutama dalam hal mempengaruhi pemilu mendatang.

Jika kita melihat peta saat ini, kemungkinan menyatu antara PDIP, Golkar, dan Gerindra sangat besar. Ditambah dengan PKB dan PAN.

Seperti yang pernah saya sebutkan beberapa bulan lalu, bahwa peluang koalisi PDIP, Gerindra, Golkar, dan PAN, akan sangat besar. Dan poros Inilah yang menurut saya sebagai poros penentu pilpres.

Pencapresan Anies seperti yang saya sebutkan dua hari lalu, adalah murni langkah Nasdem dan atraksi politik Surya Paloh. Demi kepentingan Nasdem sendiri tanpa memikirkan basis massa Anies sendiri.


Nasdem bahkan menurut saya, tidak akan peduli apakah Anies nanti bisa menang atau kalah. Yang penting suara nasdem bisa naik di 2024 dan itu akan memudahkan Nasdem bermanuver pasca pilpres.

Jadi kalaupun Anies kalah, Nasdem tetap menang, Nasdem jika suaranya naik karena berhasil nebeng di nama Anies. Maka posisi Nasdem akan aman kedepannya.

Jika Anies kalah, Nasdem tinggal lompat pagar masuk koalisi pemenang pemilu kembali pasca pilpres. Mengingat Nasdem sangat dekat dengan penguasa saat ini yang bersebrangan dengan Anies.

Itulah Kenapa, saya menyebut beberapa hari lalu bahwa Anies hanya dimanfaatkan Nasdem untuk mendapatkan efek ekor jas semata. Tidak lebih.

Sedangkan jika kita bicara pilpres, koalisi seharusnya dibangun atas dasar kesamaan visi, misi, narasi, platform dan kesamaan cita cita untuk bangsa bukan untuk partai.

Pendukung Anies yang relatif lebih emosional, akan heroik mendukung Anies apapun partai yang mengusungnya. Ini sangat wajar.

Mengingat mayoritas pendukung Anies saat ini adalah golongan kanan yang sangat anti kepada pemerintah Jokowi.

Teori politik mengatakan, jika orang yang kecewa dengan pemerintah, maka dia akan memilih musuhnya untuk memuaskan emosionalnya. Disinilah kadang terjadi kekeliruan. Memilih berdasarkan emosi.

Sedangkan dalam politik, yang banyak terjadi justru apa yang tidak terlihat. Dan yang menentukan kemenangan pilpres adalah kekuatan yang ril. Baik pendanaan, relasi, basis massa, dan tentu jejaring politik yang kuat.

Jika melihat modal ini, Anies saat ini relatif tidak punya semua modal itu. Nasdem pun dalam Hitungan saya tidak akan all out memberikan semua modalnya untuk memenangkan Anies.

Surya Paloh adalah politisi sekaligus oligarki. Dia paham betul kemana uangnya akan dipakai maksimal. Tentu tidak mudah bagi Surya Paloh untuk asal asalan mengeluarkan dana hanya untuk seorang Anies yang bukan kader Nasdem itu sendiri.

Pendukung Anies non Nasdem yang relatif punya kekuatan ril adalah Demokrat. Tapi kekuatan Demokrat saat ini juga tidak terlalu prima setelah 10tahun libur dari kekuasaan.

Sedangkan selain Demokrat, PKS sendiri nyaris tidak punya apa-apa untuk pemilu ini bahkan di setiap pemilu juga seperti itu. Dana gak punya, jaringan kelas bawah, tokoh minus elektabilitas, dst dst.

Yang dimiliki PKS hanya kader militan saja dengan sumber daya pas pasan. Makanya PKS tidak akan bisa berbicara banyak soal ini kecuali ikut Nasdem saja yang menjadi bos koalisi ini.

Sedangkan poros penguasa, saat ini memiliki semua perangkat perangkat itu. Hampir tidak ada minus disisi kekuatan dalam poros penguasa saat ini.

2 bulan lalu, saya pernah menulis juga disini, bahwa jika PDIP, Golkar, Gerindra dan PKB bergabung. Maka Anies sama sekali gak ada peluang menang. Apapun caranya. Apalagi hanya mengandalkan pendukung kelas bawah oposisi.

Yang harus diusahakan oleh Nasdem saat ini adalah munculnya 3 poros. Ini akan sangat baik bagi anies. Karena jika hanya 2 poros, Anies akan kalah mudah.

Jika ada 3 poros, maka kekuatan PDIP bisa terbelah, terbagi ke Gerindra dan Golkar. Atau ke Gerindra-PKB. Ini menguntungkan Anies.

Tapi jika hanya 2 poros. PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, PAN nanti melawan poros Nasdem, PKS, Demokrat. Kita sangat mudah menebak apa hasilnya.

Terkait kemungkinan 3 poros ini juga tidak mudah, Gerindra, Golkar dan PKB terutama akan mudah berkoalisi membentuk satu poros. Mengusung Ganjar atau Prabowo.

Ganjar dan Prabowo suka atau tidak suka, mereka memiliki basis pendukung yang sangat ril. Prabowo menguasai Sumatra dan Ganjar menguasai Jawa. Inilah fakta yang ada di Indonesia.

Oleh sebab itu, Prabowo tidak ambil pusing saat PKS bulan lalu mengancam tidak mau mendukung nya lagi. Bagi Prabowo, dengan posisinya saat ini sebagai menhan, dia tidak terlalu butuh sama PKS sama sekali.

Ditambah lagi, Pencapresan Anies yang dianggap sebuah pengkhianatan Kepada Gerindra karena jasa Gerindra dimasa lalu yang membesarkan Anies, ini akan dimanfaatkan Gerindra dengan baik untuk meningkatkan militansi kader mereka melawan Anies di pilpres nanti.

Penulis : Tengku Zulkifli Usman✓ Pengamat Politik

[sumber : FB https://www.facebook.com/tengku.z.usman]

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !