Sakral, Gunung Bohong Pernah Jadi Tempat Penggemblengan Semangat Kujang

nyarink.com

Sosok Abah Alam (Adhitiya Alam Syah) dari Kawargian ABAH Alam

CIMAHI, NYARINK.COM –Langit di belakang Gunung Bohong berwarna merah keemasan. Rerumputan berbulu halus berwarna ungu dalam kilauannya. Dataran sawah yang luas dan luas. rumpun bambu, taman yang indah dan kampung-kampung kecil, terbentang begitu tenang di antara perbukitan rendah dan pegunungan biru di kejauhan. – Sevenhuysen-Verhoeff, 1935.


Seketika teringat sebuah bana gunung yang dinamai Gunung Bohong, terletak di kawasan hijau Kota Cimahi yang berbatas Kabupaten Bandung Barat. Sekilas juga menemukan catatan di atas tentang Gunung Bohong yang ditulis oleh seorang warga asing di tahun 1935. Seindah itukah gambaran gunung dengan nama yang “janggal” ini?.


Menurut sejarahnya, gunung ini merupakan daratan yang muncul di permukaan air danau Bandung purba. Daratan yang membentuk galengan inilah yang membagi danau purba itu menjadi dua bagian. Ketika danau purba itu surut, muncullah Gunung Bohong sebagai “gunung” yang penampakannya di seputar Lapang Tembak, Kompleks Brigif 15 Kujang di Kota Cimahi. Cimahi memang “kaya” akan heritage sisa-sisa garnizun dan berbagai pusat pendidikan militer jaman Belanda.


Sejak jaman itu juga Gunung Bohong jadi lokasi bermain anak-anak kolong  bangsa Belanda. Dari ketinggian puncak gunung yang wujudanya seperti bukit ini kita bisa memandang lepas ke Cimahi maupun ke arah Bandung. Tak heran hingga saat ini puncak Gunung Bohong sering didaki untuk rekreasi menikmati pemandangan sunrise maupun sunset, atau menikmati hawa segar di rimbun pepohonan untuk jogging dan kegiatan rekreatif lainnya.


Trek pendakiannya pun tidak begitu sulit karena kawasan ini senantiasa dalam perawatan Brigif 15 Kujang II . Bagi mereka Gunung Bohong juga merupakan gunung yang “sakral” karena di puncak gunung itulah lokasi Pembaretan Kujang dilakukan setelah menghadapi gemblengan lahir batin berbulan-bulan, agar tertanam di jiwa raganya semangat  Kujang yang disimbolkan di baret hijaunya.


“Kujang itu memang bukan merupakan senjata, tapi sudah mewujud pusaka,” ujar Abah Alam (Adhitiya Alam Syah), dari Kawargian ABAH Alam, ketika dijumpai di kediamannya  awal April lalu. 


“Dan Kujang itu selalu berpasangan. Di dunia kemiliteran kita juga ada pasangan Kujang, satu di Brigif 15 Kujang II satu lagi di Kostrad Kujang I,” lanjut pria yang akrab disapa Abah Alam ini. Rabu (27/4/2021).


“Inilah yang jadi inti simbol kekuatan pertahanan kita!” tegas Abah.


Menurutnya, keharuman dan jiwa semangat Kujang yang ditempa di Cimahi ini menyebar ke suluruh Nusantara, yang sudah terbukti sebagai medan tugas dan jelajah baktinya. 


“Dari sinilah saya ingin mengingatkan bahwa Gunung Bohong itu sebagai  titik percikan (Het Bogen, Belanda) jiwa dan semangat  Kujang ke seluruh Nusanatara,” kata Abah Alam.


Di Cimahi ini pula banyak berbagai pusat pendidikan dan latihan baik militer maupun sipil. Begitu juga lembaga pendidikan lainnya yang ada di kaki Gunung Bohong ini.


“Insan-insan tempaan Cimahi ini kini sudah tersebar ke seluruh Indonesia,” kata Abah Alam. Itulah sebabnya Abah  Alam ini mengajak berbagai komponen untuk berkolaborasi mewujudkan simbolisasi Gunung Bohong sebagai konservasi titik percik jiwa semangat Kujang ke seluruh Nusantara. “Doakan saja,” pungkasnya. (*)



#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !