Setidaknya Kita Pernah Kesasar, Maka Tidak Akan Pernah Temukan Jalan Baru

Dok foto: Ilustrasi Google


Gelorakan.com, - Paska Reformasi, Mei 1998, Indonesia tidak berusaha menempuh jalan baru yang diciptakan sendiri. Malah semakin disetie oleh lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia (World Bank), International Monetary Fund (IMF) dan WTO (World Trade Organization).


Negara berjalan tanpa panduan GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara). Semua yang berbau Soeharto dihapus, semisal Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahunan). Kita tidak lagi memiliki roadmap yang jelas tentang Indonesia masa depan. Negara berjalan bukan sekedar autopilot, tapi tanpa pilot sebenarnya, dan rakyat kebingungan "mau dibawa ke mana negeri ini".


Tawaran ketiga lintah darat dunia tersebut memang menggiurkan. Kurang uang, bisa berhutang. Lalu kita bangga karena masih dipercaya menumpuk hutang. Pemerintah sebagai operator negara, tak punya ide-ide brilian: hanya hutang, hutang, dan terus berhutang.





Terjadilah apa yang terjadi. Indonesia yang sempat disebut sebagai "macan Asia" kini tak lebih kucing yang menghamba belas kasihan negara kecil semisal Singapura. Lambang Garuda dilemahkan secara sistematis, massif dan struktural, untuk kemudian hanya menjadi burung dara yang tak pernah bisa terbang tinggi.


Indonesia terperangkap jebakan kenyamanan. Nyaman punya negara subur, lempar batu jadi tanaman, atau nyanyian yang meninabobokan. Namun di alam realita, bangsa yang besar ini tak lebih burung dara yang dijebloskan ke dalam kandang sempit, agar siap dihabisi oleh para tuan, para cukong, dan para pemilik modal. (Bd20)


Manusia Indonesia (1)
Oleh: Dr. Nandang Burhanudin


"Kalau kita tidak pernah kesasar, maka kita tidak akan pernah menemukan jalan baru." (Christopher Columbus)

Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !