Pemimpin atau Pemilik?

Ilustrasi. (collegeaffairs.in)


Oleh: Nandang Burhanudin


Gelorakan.com, - Suatu hari Imam Al-Banna ditanya, mengapa Anda hobi sekali naik kereta kelas III? Saya kenal Anda sosok muda dengan pengikut jutaan! Imam Al-Banna menjawab, "Sebabnya, tidak ada kelas IV, maka saya naiki kereta ekonomi kelas III".


Obrolan seputar harta di ranah organisasi Islam, jamak merambah ruang-ruang sosial hingga ruang sempit yang diklaim sakral. Penyebabnya, ruang kendali atas harta acap terisolasi aturan amniyah alias super secret.


Hanya level tertinggi yang bisa mengendus bau "ghanimah". Adapun level menengah ke bawah, silahkan berjibaku dengan uang recehan, dan itu pun untuk diserahkan atas nama "berjuang". Tak lama, huruf j pun pudar, yang ada hanya beruang.


Suatu hari, Syaikh Mahmud Husain, salah seorang petinggi IM mengenakan BWM terbaru. Seorang anggota Maktab Irsyad menanyakan, dari mana asalnya uang untuk membeli BMW? Mengapa harus BMW, kok tidak Nissan atau Ford?


Syaikh yang bertanya, meyakini betul, BMW yang dibeli bukan dari uang pribadi. Tapi dari uang organisasi. Di mana letak kesesuaian prinsip Imam Al-Banna di atas dengan life style struktur organisasi yang mengklaim penerus perjuangan Imam Al-Banna?


Maka yang terjadi adalah, ketimpangan. Di level yang bisa menikmati ghanimah, kekayaan berlimpah ruah. Namun di level bawah, lapar dahaga menjadi fenomena. Dia wakafkan waktu 24 jam seharinya, setiap Minggu dan bulan, hingga puluhan tahun. Tapi nasib dan nisabnya: tak mampu bayar SPP, istri minta cerai di usia senja, jika sakit tak ada dana.


Dia terus dijejali dogma tentang kehebatan dan keadilan Islam. Tapi semua tak ia rasakan. Jangan coba menanyakan, sebab berakibat dipinggirkan. Ini yang ditekankan Tn. Erdogan beberapa hari lalu. "Sebagai Muslim, kita harus berganti fase. Dari fase menjelaskan nilai-nilai Islam, ke fase pelaksanaan dan penyebaran Islam."


Keadilan bukan untuk diteorikan. Kesejahteraan bukan untuk dijanjikan. Gelora kebesaran bukan untuk sekedar diwacanakan. Tapi perlu pembuktian. Tn. Erdogan menasihati, "Jika Islam tak digunakan mengobati yang terluka, menyapa yang menderita. Maka umat Islam akan dikoyak kekuatan zhalim yang mematikan."


Arah Baru perjuangan adalah implementasi dari 10 mata air kecemerlangan. Saya memahaminya dalam tiga kata: perkasa di ranah fisik, pesak, dan Pasek. Fisik powerful di segala segmen, hingga siap menjadi pemikul dan pemukul. Pesak adalah powerful di tata kelola keuangan (seimbang kredit-debit),  hingga menjadi donatur. Pasek, powerful dalam berakidah dan ibadah, hingga hidup makin teratur dan tidak serakah atas nama dakwah.


Anda berada di organisasi, jangan pernah mencari hidup di dalamnya. Hebatkan diri. Sebab pemimpin dan pemilik, bukan terlihat dari penampilan dan kemewahan hasil dari jerih payah bawahan. Tapi pemimpin dan pemilik, dialah yang bisa memastikan organisasi dan perjuangan itu tetap jalan. Walaupun untuk itu, segala miliknya ia korbankan. Berani?

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !