41 Pasien Isolasi Mandiri di Mekarjaya Kekurangan Logistik

nyarink.com

Juru masak tampak sedang menyiapkan   kebutuhan pasien isolasi mandiri di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat. (foto, ayo bandung)

NYARINK.com -- Sebanyak 41 pasien positif Covid-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri di RW 14, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mendapat masalah kekurangan logistik.


Anggaran yang disediakan pemerintah desa tak cukup untuk mengcover kebutuhan pangan warga. Selain itu, munculnya stigma negatif pasien Covid-19, membuat mereka dikucilkan dan sulit mendapat bantuan dari warga lainnya.


Untuk mengantisipasi hal itu, masyarakat dan pemerintah desa meminta Pemkab Bandung Barat turun tangan untuk menyelesaikan masalah itu. Salah satunya dengan membangun dapur umum bagi warga.


"Betul kekurangan pasokan logistik, karena anggaran kita juga terbatas. Kami berharap pemda buat dapur umum di sini," kata Kepala Desa Mekarjaya, Obar, Sabtu Juni 2021.


Diketahui, klaster Desa Mekarjaya ditemukan usai sejumlah warga melakukan kegiatan menjenguk orang sakit. Setelah menjenguk, sejumlah warga mengeluhkan batu, flu, demam, dan kehilangan penciuman.


Saat ini, untuk mengantisipasi penularan Covid-19, pemerintah desa telah mengambil langkah pembatasan kegiatan warga atau mini lockdown selama 14 hari mulai tanggal 16 Juni hingga 2 Juli 2021. Semua kegiatan yang mengundang kerumunan untuk sementara dilarang.


"Kami sudah mengambil langkah cepat tadi musyawarah dengan semua unsur agar kebutuhan masyarakat segera terpenuhi. Tapi untuk memenuhi 14 hari kebutuhan mereka kita perlu bantuan pihak lain," pungkas Obar.


Plh Kepala Puskesmas Cikalongwetan, Ifah Syarifah membenarkan terjadinya stigma negatif bagi sejumlah warga yang terpapar Covid-19. Hal itu membuat dirinya bersama tim nakes Puskesmas Terpadu Juara (Puspa) serta relawan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) harus bekerja keras untuk memberi edukasi kepada warga.


"Karena warga yang terpapar mendapat stigma dan dikucilkan oleh warga RT lain, di satu sisi belum ada bantuan logistik yang mereka dapat, akhirnya ada kemarahan. Akhirnya, kami pun bersama semua unsur satgas tim desa dan karang taruna mencari jalan keluarnya. Alhamdulillah berhasil diredam," paparnya.


"Covid-19 seharusnya membuat kita lebih memiliki sense of crisis dan sense of belonging, saling berbagi bukan men stigma dan mengucilkan," pungkasnya. (Ayo/Ink21)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !