Toko oleh-oleh di Jalan dr Djunjunan, Pasteur, yang sepi pembeli. (Ayo Bandung) |
NYARINK.com - Bandung memiliki banyak toko oleh-oleh disetiap sudutnya. Menjual panganan khas Sunda yang bisa dibawa pelancong sebagai buah tangan bagi kerabat mereka.
Sebagai kota wisata, Kondisi toko yang selalu ramai setiap hari, kini berubah drastis. Di lapak oleh-oleh sepanjang Jalan Dr Djunjunan, Pasteur, misalnya, tak ada antrean pembeli seperti yang biasa terlihat di musim Lebaran.
Ditambah, pemerintah sudah dua kali mengeluarkan larangan mudik Idulfitri. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mulai diterapkan pada 22 April 2020, menjadi titik awal dari kerugian para pedagang.
“Dari PSBB dulu sampai sekarang 80% mungkin ruginya,” ujar seorang pedagang toko oleh-oleh di Pasteur, Sugit (32) Selasa, (11/05/2021).
Menurutnya, Semenjak wisatawan yang masuk ke Kota Bandung berkurang dan sasaran pasar toko-toko itupun ikut hilang.
Selama pandemi, toko oleh-oleh mayoritas hanya dikunjungi oleh pembeli domestik dari dalam Kota Bandung. “Gara-gara enggak ada wisatawan mungkin, jadi orang-orang sini lagi yang beli,” ungkapnya. (AB)
Editor: Warsono