Menjaga asa petani kopi di lereng Merapi

 

Sumijo (40 tahun) mengikuti betul langkah berat petani kopi di kawasan lereng Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta. Sedari kecil, Sumijo hidup bersama kakek-neneknya yang petani kopi. Pengalaman ketika melihat kakek-neneknya harus menjual kopi untuk membayar SPP sekolahnya begitu membekas di pikirannya. Harga beli hasil panen kopi yang rendah dan kejanggalan-kejanggalan yang sering dialami para petani kopi makin mengusik pikiran Sumijo. Ia pun memikirkan bagaimana cara menjaga asa petani kopi di lereng Merapi ini.

Di tahun 2003, ia bersama petani kopi memulai insiatif membentuk asosiasi petani kopi di Kabupaten Sleman. Tahun 2004, asosiasi mengembangkan kelompok usaha bersama. Dari kelompok usaha bersama ini, hasil panen petani kopi dikumpulkan di satu koordinasi untuk diolah dan kemudian dijual. Tahun 2008, kelompok usaha bersama petani kopi ini ditingkatkan lagi menjadi koperasi yang memiliki badan hukum. Koperasi ini kemudian dinamai Koperasi Kebun Makmur. 

Meningkatkan harga petani di lereng Merapi adalah misi dari koperasi ini. Maka, jumlah petani yang tergabung di koperasi ini saat pertama berdiri kali berjumlah 1200 petani. Jenis kopi arabika dan torabika mampu diproduksi dan dipasarkan koperasi  ini. Dianggap sebagai kopi vulkanik, kopi hasil Koperasi Kebun Makmur disambut baik oleh pasar konsumen kopi. Hingga akhirnya, ketika 2010, merapi meletus, jumlah petani yang dinaungi Koperasi Kebun Makmur berkurang. Tanah yang tidak baik bagi tanaman kopi membuat beberapa petani tidak bisa menanam kopi lagi. Di 2015, Koperasi Kebun Makmur menaungi 800 petani kopi di wilayah lereng merapi.

Sumijo, yang menjadi ketua Koperasi Kebun Makmur paham betul startegi menjual kopi. Memotong garis distribusi dan bertemu langsung dengan end user adalah menjadi konsep utama strateginya. 

Dipasarkan secara door to door di saat pertama kali menjual produknya, kopi produksi Koperasi Kebun Makmur berkembang pesat. Kopi Merapi menjadi brand utama dan handalan koperasi ini. Respon pasar yang tidak sekedar ingin mengonsumsi produk koperasi tapi juga ingin berinvestasi membuat Sumijo tersenyum karena keberhasilannya melaksanakan mimpinya. Mimpi berikutnya adalah Koperasi Kebun Makmur memiliki pabrik untuk memproduksi dengan skala besar produk kopinya. 

[Sumber : wartawirausaha.com]

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !